Pages

Selasa, 25 Februari 2014

CONTOH PIDATO TENTANG PENTINGNYA MELESTARIKAN KEBUDAYAAN DAERAH DI KALANGAN REMAJA


 CONTOH PIDATO TENTANG PENTINGNYA MELESTARIKAN KEBUDAYAAN DAERAH DI KALANGAN REMAJA 


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Yang terhormat Ibu Pengajar Bahasa Indonesia, Ibu Dra. Rubiati, M Pd. Yang terhormat bapak ibu guru SMP Negeri 20 Malang. Serta teman-teman sekalian yang saya cintai. Marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNya kita semua dapat berkumpul bersama dalam keadaan sehat wal’afiat. Dalam kesempatan ini saya akan membawakan sebuah pidato tentang pentingnya melestarikan kebudayaan daerah di kalangan remaja.
Teman-teman, seiring dengan perkembangan jaman, belakangan ini kita lihat makin pudar semangat untuk melestarikan budaya daerah di kalangan remaja. Hal ini merupakan akibat dari adanya globalisasi dan pesatnya perkembangan internet. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat proses globalisasi ini. Pada kenyataannya globalisasi telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk pengaruhnya terhadap kebudayaan suatu daerah.  Kita tahu, globalisasi dan internet telah menghubungkan kita dengan dunia luar dengan sangat mudah. Kita bisa mengakses informasi yang kita inginkan dengan mudah dan cepat. Termasuk di dalamnya adalah informasi tentang budaya. Budaya-budaya asing yang masuk dalam negeri dan kemajuan teknologi membuat budaya asli daerah mengalami pergeseran, baik nilai maupun bentuknya.
            Teman-teman. Akibat dari mudahnya informasi, budaya asing jadi mudah masuk ke negara kita, baik melalui media majalah, internet dan sebagainya. Akibatnya kita jadi banyak tahu tentang budaya negara-negara lain. Pengetahuan kita tentang budaya asing jadi bertambah, dan akibat lainnya adalah tanpa disadari kita jadi lebih tertarik dengan budaya asing dan tertarik untuk mempelajarinya. Padahal budaya kita sendiri kita sendiri malah kurang tahu falsafah yang ada di dalamnya. Sebut saja yang sedang tren saat ini, yakni berkembang pesatnya Korea Wave atau K-pop. Hampir setiap remaja di Indonesia tidak hanya mengenal bintang-bintang Korea yang sedang bersinar saat ini, tapi lagu-lagu mereka, tarian mereka, seperti Gangnam Style, film-film mereka, bahasa, bahkan model baju dan rambut mereka. Lihatlah, remaja-remaja Indonesia tidak hanya mengenal tapi menirunya juga. Bahkan jika mereka ditanya, jika kalian bisa dengan senang menarikan Gangnam Style, bisakah kalian juga dengan senang hati menarikan tarian tradisional Indonesia? Pasti mereka, termasuk teman-teman mungkin, hanya akan tertawa, karena memang mereka tidak bisa menjawabnya. Entah karena gengsi atau tidak mau mempelajari dan tidak mau tau, sehingga mereka nyaris melupakan budaya sendiri.
Sebagai warga Indonesia yang cinta dan bangga dengan budaya bangsa sendiri, saya merasa jengkel melihat banyak sesama warga bangsa terutama generasi muda Indonesia begitu tergila-gila melahap “junk food” hamburger, hot dog, pop corn sambil minum Cola, pakai celana jeans berT-shirt sekaligus topi pet (terbalik ke belakang) seragam baseball, sepatu sneakers, tukar-menukar koleksi kartu foto American-sportlers, berdendang rap, histeris menonoton video clip Eminem, film produksi Hollywood, memuja Kungfu Boy, Spiderman, Doraemon, dan Mickey Mouse. Sanubari saya perih, teriris menyaksikan sikap dan perilaku bangsa dipengaruhi bahkan dijajah budaya asing.
Teman-teman. Jika saya mengatakan demikian, bukan berarti kita anti dengan kebudayaan negara lain, tetapi sebagai generasi muda kita harus jeli dan bijaksana untuk memilah dan memilih setiap kebudayaan yang masuk ke negara kita. Tidak semua budaya yang masuk itu cocok dengan adat ketimuran kita yang mengedepankan sopan santun. Kita tetap  bisa melihat, mendengar, bahkan menggunakan atau memakai budaya asing yang masuk itu, asalkan kita yakin bahwa apa yang kita lihat, dengar dan tirukan atau gunakan itu sesuai dengan jiwa kita, sesuai dengan dasar negara kita Pancasila.
Teman-teman sekalian. Kebudayaan sangat beragam, ada yang dapat dilihat, didengar dan digunakan. Yang dapat dilihat contohnya adalah seni lukis, seni patung, dan sebagainya. Yang dapat didengar contohnya seperti seni musik, seni pantun, dan seni suara. Sedangkan yang dapat digunakan contohnya baju-baju daerah, baju khas daerah misalnya batik dan sebagainya.
Dari kebudayaan kita sendiri itu ada cara yang mudah bagi kita untuk ikut melestarikannya. Mau tahu caranya? Kebudayaan yang bisa dilihat harus diperlihatkan dan dilihat, yang bisa didengar harus selalu diperdengarkan dan didengar, dan kebudayaan yang bisa digunakan harus digunakan atau dipakai. Kita harus bisa menunjukkan kebudayaan daerah sendiri pada daerah atau negara lain, supaya mereka mengenal kebudayaan kita dan tertarik untuk mempelajarinya. Kita buat negara lain juga menyenangi budaya kita, sehingga kita bisa saling tukar mempelajari budaya.
Teman-temanku. Berdasarkan apa yang telah saya ulas tadi dapat disimpulkan, bahwa kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat proses globalisasi. Dan     globalisasi telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk pengaruhnya terhadap kebudayaan. Budaya-budaya asing yang masuk dalam negeri dan kemajuan teknologi membuat budaya asli daerah mengalami pergeseran, baik nilai maupun bentuknya. Melestarikan budaya bertujuan supaya budaya asli negeri kita tidak tergeser dengan budaya negara lain dan kelak anak cucu bangsa ini tetap dapat menikmati hasil cipta rasa dan karsa pendahulunya. Dan sebagai bagian dari generasi muda kita juga harus ikut melestarikan kebudayaan negeri kita tersebut.
Teman-temanku sekalian. Apa yang menjadi tugas kita yang berhubungan dengan kebudayaan adalah melestarikan kebudayaan negeri sendiri. Intinya adalah supaya kebudayaan negeri kita tidak punah. Saat menjadi tugas kitalah untuk melestarikan budaya negeri kita ini. Siapa lagi yang peduli jika bukan kita? Caranya, misalnya dengan melihat, mendengar, mengenal, dan mempelajari budaya itu sendiri. Karena pepatah juga mengatakan tak kenal maka tak sayang, jadi apabila kita tidak mengenal budaya kita terlebih dahulu, kita juga tidak akan bisa memahami apa maksud nilai seni dari budaya itu sendiri. Kalau kita suka budaya Korea, bagaimana orang Korea suka budaya kita jika kita sendiri tidak mengenal baik budaya sendiri?
 Sekian yang bisa saya sampaikan pada kesempatan ini. Sebagai seorang pelajar yang masih taraf belajar, maka saya menyadari apa yang saya sampaikan tadi masih jauh dari sempurna. Untuk itu mohon maaf bila ada kesalahan, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

4 komentar: